Selasa, 22 Oktober 2013

Fisika Bangunan







 Fisika bangunan 



3.3 Penanggulangan Kelembapan dalam Bangunan
Organisme Perusak

Kayu hilang digunakan pada bangunan lama kelamaan akan rusak, apalagi bila digunakan di luar dan bahkan bila berhubungan langsung dengan tanah lembab. Faktor perusak kayu dapat digolongkan menjadi dUB, yaitu faktor non biologis dan faktor biologis. Faktor perusak non biologis antara lain faktor mekanis, udara, cahaya, angin, air, suhu, alkali, asam, garam dan bahan kimia lainnya. Faktor perusak biologis (organisme perusak) sangat beragam, yang terpenting menurut Martawijaya dan Supriana (1973) ; Supriana dan Martawijaya (1976), sebagai berikut :

a.Jamur Pelapuk Kayu

Jamur ini berasal dari kelas Basidiomycetes, mempunyai kemampuan untuk merombak selulosa dan lignin .yang menjadi komponen utama dinding sel kayu, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Beberapa jenis jamur hanya merombak selulosa, sehinga warna kayu berubah coklat dan disebut brown rot. Jenis lainnya merombak selulosa dan lignin, sehingga warna kayu menjadi putih pucat dan disebut white rot. Sifat mekanis kayu seperti keteguhan pukul, keteguhan lentur, keteguhan tekan, kekerasan dan elastisitas akan berkurang bila terserang jamur pelapuk kayu. Pada umumnya jamur brown rot lebih cepat menurunkan kekuatan kayu daripada white rot. Jamur ini terdapat dimana-mana, banyak menyerang kayu bangunan dan representatif bagi Indonesia antara lain Schizophylum commune Fr, Pycnoporus sanguineus (Fr).
Karst dan Dacryopinax spatularia (Schw) Mart.


b. Jamur Pelunak Kayu

Golongan jamur ini berasal dari kelas Ascomycetes dan terutama menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah atau air. Jamur pelunak kayu hanya menyerang lapisan tengahnya saja (middle lamela). Salah satu jenis yang terkenal dan terdapat dimana-mana adalah Chaetomium globosum Kunze.

c. Jamur Pewarna Kayu

Jamur pewarna kayu berasal dari kelas Ascomycetes dan dapat menimbulkan pewarna
pada kayu yang masih basah. Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat
pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu. Namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Jamur pewarna
kayu yang terdapat di daerah tropis antara lain jenis jamur yang termasuk jenis
Cerotocystis dan Diplodia.

d. Rayap Kayu Kering

Rayap ini termasuk famili Kalotermitidae dan biasanya merusak kayu yang sudah kering seperti kusen pintu dan jendela, rangka atap, mebel dan alat rumah tangga. Hampir semua jenis kayu yang ringan dan tidak awet diserang, bahkan bahan lain yang mengandung selulosa seperti kertas dan kain dapat diserangnya juga. Serangan rayap
ini mudah kelihatan dari luar, kayu yang diserang kelihatannya dari luar masih utuh, meskipun bagian dalamnya sudah berlubang-lubang atau rusak sama sekali. Adanya kotoran yang berbentuk butiran halus merupakan ciri khas serangan rayap kayu kering.
Jenis yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah : Cryptotermes
cynocephalus Light dan Cryptotermes dudleyi Banks.


e. Rayap Tanah

Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan tanah, tetapi kayu yang tidak langsung berhubungan dengan tanah pun dapat diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air.

f. Bubuk Kayu Kering

Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama dari tamili Lytidae, Bostrychidae, Cerambicidae dan Anobiidae. Biasanya menyerang kayu yang sudah kering seperti mebel, kayu lapis atau tripleks, dan bagian-bagian rumah. Jenis kayu yang banyak mengandung zat tepung mudah diserang serangga ini. Serangan bubuk kayu kering dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan. Jenis bubuk kayu kering yang lazim terdapat di Indonesia adalah antara lain Lyctus brunneus Steph, Minthea rugicollis, Heterobostrychus aequalis Wall, Oinoderus minutus.

g. Bubuk Kayu Basah

Serangga ini berasal dari ordo Coleoptera, terutama d~ui tamili Scolytidae dan Platypodidae. Pada umumnya menyerang kayu basah .yang baru ditebang dan mengakibatkan penurunan kualitas kayu. Jenis-jenis yang terpenting antara lain berasal
dari genus Xyleborus, Arixyleborus, Platipus dan Diapus.




h. Binatang Laut

Kayu yang digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut banyak dirusak oleh binatang laut yang pada umumnya termasuk ke dalam kelas Mollusca dan Crustacea. Dari kedua kelas tersebut yang terpenting diantaranya berasal dari genus Teredo, Bankia, Martesia, Sphaeroma dan Chelura.


Rayap Merupakan Organisme Perusak pada Bangunan

Rayap adalah serangga sosial yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Apabila rayap tidak berada didalam koloninya, maka rayap tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk hidup lebih lama. Dalam koloni, rayap terbagi berdasarkan spesialisasi atau kasta yang masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Kasta tersebut meliputi kasta prajurit, kasta pekerja atau kasta palsu dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Peranan kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut atau vertebrata predator. Kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap, karena 80 - 90 % populasi dalam koloni merupakan kasta pekerja (Nandika, D et al, 2003). Kasta ini berwama pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Peranan kasta ini adalah memelihara telur dan rayap muda, memindahkannya pada saat terancam ke tempat yang lebih aman, memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, menumbuhkan jamur dan memeliharanya, membuat dan memelihara sarang serta liang
kembara, bahkan kasta ini kadang-kadang memakan rayap lain yang lemah sehingga
hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kasta reproduktif terdiri dari individu
seksual betina (ratu) yang bertugas untuk bertelur dan jantan (raja) yang bertugas membuahi betina. Kasta ini dibedakan menjadi kasta reproduktif primer dan kasta reproduktif suplementer atau neaten. Kasta reproduktif primer adalah serangga dewasa
yang bersayap dan merupakan pendiri koloni. Kasta reproduktif suplementer muncul segera setelah kasta reproduktit primer mati atau hilang karena tragmentasi koloni. Keragaman jenis rayap cukup tinggi karena telah teridentifikasi lebih dari 2.500   jenis yang diklasifikasikan ke dalam 7 tamili, 15 sub-tamili dan 200 genus. Penyebaran rayap
berhubungan dengan suhu dan curah hujan sehingga sebagian besar jenis rayap terdapat di dataran rendah tropika dan hanya sebagian kecil ditemukan di dataran tinggi. Penyebaran ini tidak hanya di daerah tropika tetapi juga mencakup daerah sub tropika bahkan meluas ke daerah temperate dengan batas 50° Lintang Utara dan 50° 50° Lintang Selatan. Jenis-jenis rayap di daerah tropika seperti di Indonesia menurut Roonwal et al dalam Tambunan et al (1989) termasuk kedalam famili sebagai berikut:




a.    Kalotermitidae : genus Neotermes Holmgren dan Cryptotermes Banks
b.    Rhinotermitidae: sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes dan sub famili Rhinotermitinae genus Prorhinotermes Silvestri dan genus SchledorhinotermesSilvestri
c.    Termitidae:
• sub famili Amitermitinae genus Microcerotermes Silvestri.
• sub famili Termitinae genus Capritotermes Wasmann.
• sub famili Macrotermitinae genus Macrotermes Holmgren, genus Odentotermes
  Holmgren dan genus Microtermes wasmann.
• Sub famili Nasutitermitinae genus Nasutitermes Dudleyi, genus Bulbitermes
        Emerson, genus Lacessititermes Batavus dan genus Hospitalitermes Holmgren.

Rayap merupakan salah satu organisme perusak kayu pada bangunan yang terpenting, karena kerusakan yang ditimbulkan adalah yang terbesar bila dibandingkan dengan organisme perusak lain. Rayap tersebut adalah dari famili Rhinotermitidae sub famili Coptotermitinae genus Coptotermes. Persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Batam mencapai lebih dari 70 % (f\Jandika, 0 2003). Berkembangnya permukiman di berbagai daerah akan cenderung meningkatkan serangan rayap, hal ini dikarenakan rendahnya
tingkat keawetan kayu bangunan yang digunakan dan berkurangnya sumber makanan
alami bagi rayap. Usaha pengendalian serangan rayap pada bangunan semakin berkembang, hal ini terlihat dari munculnya industri termitisida bahkan industri jasa pengendalian rayap. Pengendalian serangan rayap pada bangunan meliputi usaha pencegahan dan pemberantasan atau perbaikan bangunan yang terserang rayap. Tindakan pengendalian yang sangat dianjurkan adalah melakukan pencegahan serangan rayap pada saat pra konstruksi. Pengendalian ini masih menggunakan termitisida yang diaplikasikan baik pada kayu bangunan melalui pengawetan kayu (wood treatment) maupun dengan perlakuan tanah (soil treatment). Di samping dengan termitisida, juga telah berkembang cara pencegahan serangan rayap yang ramah lingkungan yaitu dengan bahan penghalang fisik (physical barrier) yang dapat mencegah penetrasi rayaptanah pada bangunan dan dengan teknologi pengumpanan (baitinq) yang dapat mengeliminasi koloni rayap.Prosedur untuk mendeteksi adanya serangan rayap tanah pada bangunan menurutNandika et al (2003) sebagai berikut:

a. Pemeriksaan harus membawa peralatan seperti obeng, pahat, pisau, lampu penerang, respirator dan pakaian kerja. Untuk mengidentifikasi rayap yang menyerang bangunan, seorang pemeriksa harus membawa bahan dan peralatan koleksi rayap mengingat identifikasi lebih mudah dilakukan di laboratorium.

b. Bagian yang berhubungan dengan tanah harus diperiksa terlebih dahulu, termasuk bagian fondasi, sloat, lantai dasar, liang, serambi, dasar tangga dan sebagainya.

c. Tempat-tempat basah atau lembab seperti kamar mandi, ruang cuci, daerah sekitar AC dan saluran air merupakan tempat yang disenangi rayap dan paling mungkin terserang.
d. Liang kembara merupakan petunjuk adanya serangan rayap yang paling penting.

e. Apabila rayap ditemukan menyerang lantai atas tanpa ada serangan di lantai bawah, maka mungkin rayap menyerang melalui celah-celah pada dinding, saluran lift, saluran kabel listrik dan telepon.

f. Daerah di sekitar bangunan juga harus diperiksa untuk menemukan tempat-tempat yang diduga menjadi sarang rayap. Serangan rayap kayu kering diketahui dengan mengetuk-ngetuk dan menekan kayu dan ditandai dengan keluarnya butiran-butiran kecil berwarna kecoklatan seperti butiran kayu. Aktivitas rayap di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut:

a. Tanah
b. Tipe vegetasi
c. Lingkungan
d. Ketersediaan air

Iklim Indonesia

Klasifikasi iklim di Indonesia pada umumnya hanya memakai unsur iklim curah hujan, hal ini dikarenakan unsur iklim suhu udara di Indonesia sepanjang tahun hampir konstan, tetapi sebaliknya unsur iklim curah hujan sangat berubah terhadap musim. Schmidt dan Ferguson menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah yang didefinisikan dengan besaran Q. Nilai Q dihitung dengan rumus:
Q = Jumlah rata-rata bulan kering
Jumlah rata-rata bulan basah
Klasifikasi iklim Indonesia tersebut sebagai berikut:
A = 0 ≤ Q < 0,143
B = 0,143 ≤ Q < 0,333
C = 0,333 ≤ Q < 0,600
D = 0,600 ≤ Q < 1,000
E = 1,000 ≤ Q < 1,670

Tanah

Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi, mengandung gejalagejala kehidupan, dan menopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman di luar rumah. Tanah meliputi horison-horison tanah yang terletak di atas bahan batuan dan terbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief (Hardjowigeno, S. 1993). Sifat fisik dan sifat kimia tanah meliputi tekstur tanah, kadar air tanah, pH tanah, suhu dan kelembaban tanah, dan kandungan bahan organik. Tekstur tanah, menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2 mm – 5μ), debu (50 – 2μ) dan liat ( 2μ) di dalam tanah.

Berdasarkan diagram segitiga tanah, tekstur tanah dikelompokkan menjadi 12 kelas tekstur tanah meliputi pasir, pasir lempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir,
liat berdebu dan liat. Komponen bahan organik yang terpenting adalah kadar C dan N. Kandungan bahan organik ini merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda.

Teknik Perlindungan

Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Gara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakum-tekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakum-tekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam
kayu bangunan. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu
bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu
bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu
dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada
tapak bangunan. Pada bangunan yang sudah berdiri penanggulangan serangan organisme perusak- dilakukan baik dengan cara pengawetan kayu bangunan maupun
secara injeksi/penyuntikan pada pondasi, lantai dan dinding.

Efikasi Bahan Pengawet

Efikasi bahan pengawet merupakan besarnya daya tahan bahan pengawet yang digunakan pada kayu bangunan terhadap serangan organisme perusak. Arifin, Z dan Irvin D.(2002) mengemukakan bahwa kayu pulai (Alstonia scholaris RBr.) bila dilakukan pengawetan secara pemulasan, pencelupan dan perendaman dengan menggunaan larutan bahan pengawet boraks 5 %, menunjukkan hasil yang berbeda terhadap intensitas serangan jamur biru. Rataan persentase serangan jamur biru tersebul sebagai berikut :
Perbedaan intensitas serangan jamur biru pada kayu pulai terjadi karena peresapan bahan pengawet ke dalam kayu yang berbeda. Ekstrak daun tembakau di dalam air panas dengan formula 120 gram per 1000 ml air bila digunakan sebagai bahan pengawet pada kayu kelapa secara rendaman, menyebabkan mortalitas rayap kayu kering sebesar 96 % (Hadikusumo, S.A. dkk 2002).


METODA PENELITIAN

Dalam penelitian ini akan dikelompokkan dalam beberapa tahapan kegiatan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi: 1). Pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan, 2). Pengkajian pengaruh kondisi lingkungan terhadap serangan organisme perusak, 3). Intensitas serangan organisme perusak dan 4). Pengkajian tingkat efikasi bahan pengawet dan teknis perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak.

Pemilihan Lokasi                                                                                   

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan memepertimbangkan perbedaan ketinggian tempat dan tipe iklim. Ketinggian tempat dikelompokkan menjadi dua kategori ketinggian yaitu dataran rendah dan dataran sedang. Pengelompokkan tipe iklim berdasarkan kategori tipe iklim Schmidt dan Ferguson yang membagi menjadi lima tipe yaitu, A, B, C, D dan E. Berdasarkan kreteria tersebut diperoleh lokasi/kota penelitian sebagai berikut: Makassar, Samarinda, Manado, Kupang dan Medan.

Prosedur Penelitian

a. Pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan

Pada kegiatan pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan, variabel yang diamati meliputi umur bangunan, peruntukan bangunan, tipe bangunan, kondisi bangunan dan jenis organisme perusak. Unit contoh yang dipilih berupa bangunan yang berfungsi sebagai hunian maupun peruntukan lain yang dipilih seeara acak dengan sebaran yang merata di setiap lokasi/kota penelitian. Pada setiap unit contoh dilakukan pengamatan kondisi bangunan dan wawaneara dengan penghuni atau pemilik bangunan. Pengambilan spesimen organisme perusak/rayap dilakukan seeara langsung dengan tahapan sebagai berikut:

·         Pada setiap bangunan yang diamati, dicari bagian bangunan yang terserang raya atau di sekitar bangunan pada tunggak kayu atau potongan kayu, dan tanaman; atau dapat juga dikumpulkan dari tempat lain asal dari wilayah yang sama.
·         Rayap yang dijumpai dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan menyertakan kasta pekerja dan prajurit.
·         Rayap yang terkumpul dimasukkan pada betel koleksi yang berisi alkohol 70%.
·         Botol koleksi diberi label yang berupa nama lokasi, tanggal pengambilan dan        jumlah rayap.
·         Selanjutnya dilakukan identifikasi rayap di laboratorium.

b. Pengkajian pengaruh kondisi lingkungan terhadap serangan organisme
perusak

Dalam pengkajian ini dilakukan pengamatan atau pengambilan data sekunder variabel lingkungan yaitu tipe iklim, ketinggian tempat/daerah, suhu, kelembaban dan tekstur tanah. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap lokasi/kota penelitian. Cara pengambilan sampel tanah sebagai berikut:

• Menggali atau membuat lubang pada tanah dari bagian permukaan tanah hingga kedalaman 30 cm dengan ukuran lubang tidak terlalu besar.

• Tanah bagian alas hingga kedalaman 30 em dicampur dan diambil/dikumpulkan ke dalam kantung plastik sebanyak :t 0,5 kg.

• Kantung plastik ditutup rapat dan sebelum dikirim ke laboratorium harus disimpan pada tempat yang teduh/sejuk tidakterpapar sinar matahari langsung.

• Kantung plastik diberi label lokasi dan waktu pengambilan. Selain pengambilam data tersebut, juga dilakukan pemasangan kayu umpan. Kayuumpan yang dipasang terdiri dari tiga kelas awet yaitu kayu kelas awet rendah, kayu kelas awet sedang, dan kayu kelas awet tinggi. Lokasi pemasangan kayu umpan dipilih sedemikian rupa pada daerah-daerah yang diduga disukai oleh rayap seperti dekat perakaran tanaman, bukan daerah tergenang air atau terlalu basah, tidak terkena cucuran air hujan dari atap dan tidak terpapar sinar matahari yang terlalu tinggi. Tahapan pemasangan kayu umpan dilakukan sebagai berikut :

• Kayu-kayu umpan yang telah dipersiapkan, ditanam ke dalam tanah pada lima lokasi pengamatan di setiap lokasilkota penelitian.

• Kedalaman penanaman kayu umpan adalah :t 17 cm.

• Kayu umpan diletakkan di halaman bangunan yang disurvei yang dipilih terutama yang telah terserang rayap.

• Lama pengumpanan adalah 45 - 60 hari.

• Setelah 45 - 60 hari kayu umpan dicabut dengan hati-hati dan rayap yang menyerang kayu umpan dikumpulkan pada betel koleksi.


• Botol koleksi diberi label yang berupa nama lokasi, tanggal pengambilan dan jumlah rayap.

• Selanjutnya dilakukan identifikasi rayap di laboratorium. Pada kayu umpan yang terserang rayap, dilakukan penghitungan persen kerusakan kayu yang terjadi.

c. Intensitas serangan organisme perusak

Intensitas serangan rayap diperoleh dengan menggunakan model yang dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pengkajian tingkat serangan organisme perusak pada bangunan dan pengkajian pengaruh kondisi lingkungan terhadap serangan organisme perusak.

d. Pengkajian tingkat efikasi bahan pengawet dan teknis perlindungan investasi
konstruksi terhadap serangan organismeperusak.

Pada kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan desk study.

Pengolahan Data dan Penentuan Kelas Bahaya Rayap

Kelas bahaya rayap pada setiap lokasi/kota penelitian ditentukan berdasarkan intensitas serangan rayap yang terjadi. Pengelompokan kelas bahaya dilakukan dengan
analisis gerombol atau cluster.

Tingkat Serangan Rayap pada Bangunan - Makassar

Di Kota Makassar tingkat serangan rayap pada bangunan yang sudah berdiri relatif tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa bangunan yang disurvei telah mengalami kerusakan akibat serangan rayap, yang berdasarkan informasi pemilik bangunan telah dilakukan beberapa kali penggantian komponen bangunan seperti kusen pintu, kusen jendela,daun pintu dan sebagainya. Bahkan ada satu bangunan yang telah direnovasi sekitar satu tahun yang lalu telah diserang rayap tanah hingga ke rangka atap, namun sepintas terlihat rangka atapnya belum mengalami kerusakan yang parah. Serangan ini terjadi kemungkinan karena bangunan di sebelahnya telah terserang rayap tanah, walaupun ada jarak antara bangunan tersebut. Secara umum serangan rayap pada bangunan di kola ini sebagian besar hingga ke rangka atap, hal ini terlihat secara langsung karena sebagian besar bangunan tidak
menggunakan platen dan pada rangka atap terlihat saluran atau liang-liang kembara rayap. Di sam ping itu bangunan yang terserang telah berumur puluhan tahun dan pada umumnya bangunan menggunakan kayu sebagai komponen utama. Kayu yang digunakan secara umum tidak dilakukan tindakan pengawetan karena kurangnya informasi kepada masyarakat. Namun ada sebagian masyarakat yang telah menggunakan residu untuk pengawetan kayu pada bangunan dan diyakini dapat mencegah serangan rayap. Bila residu tersebut habis atau hilang dari kayu, maka kayu tersebut dapat diserang rayap. Dari hasil pemasangan contoh kayu umpan, terlihat bahwa baik kayu kelas awet rendah maupun kayu kelas awet sedang telah terserang rayap tanah pad a umur pemasangan 1,5 bulan. Kayu kelas awet rendah rata-rata telah terserang rayap sebesar 30 % dan kayu kelas awet sedang terserang 20 %. Kondisi ini menggambarkan bahwa serangan rayap di daerah terse but
relatif tinggi.

Samarinda

Di kola Samarinda, tingkat serangan rayap pada bangunan relatif tinggi. Kondisi ini terlihat dari bangunan yang didata terutama pada bangunan non panggung yang diserang rayap adalah bangunan yang telah berumur lebih dari 10 tahun. Pada bangunan panggung serangan rayapnya cukup tinggi, karena bangunan tersebut 90 % menggunakan bahan bangunan dari kayu, untuk struktur rangka bangunan seperti pondasi, karam, balok dan lantai menggunakan kayu keras yang biasa disebut penduduk setempat sebagai kayu ulin atau kayu kelas I dan bagian penutup dinding, kusen, jendela dan rangka atap menggunakan kayu lunak yang disebut kayu kapur atau kayu kelas II. Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan di daerah ini, pada umumnya tidak dilakukan pengawetan terlebih dahulu terutama untuk kayu selain kayu ulin. Dari hasil pemasangan contoh kayu umpan, hanya kayu kelas awet rendah saja yang diserang rayap tanah setelah berumur 2 bulan. Hal ini memprediksikan bahwa serangan rayap relatif tinggi, karena contoh kayu umpan tersebut telah berkurang 50 % volumenya. ApabiIa kayu umpan kelas awet rendah tersebut habis, maka yang diserang rayap selanjutnya adalah contoh kayu umpan kelas awet sedang. Hal ini juga menggambarkan bahwa pemasangan contoh kayu umpan di kota Samarinda serangan rayapnya relatif tinggi.

Manado

Tingkat serangan rayap pada bangunan di kola Manado relatif sedang, hal ini terlihat dari sebagian besar bangunan yang disurvei tidak mengalami kerusakan akibat serangan rayap tanah, walaupun bangunan tersebut telah berumur puluhan tahun. Kerusakan bangunan pada kusen jendela, kusen pintu dan sebagainya pada umumnyaterserang oleh rayap kayu kering dan bangunan tersebut telah berumur puluhan tahun. Sebagian masyarakat telah menggunakan residu atau oli bekas sebagai bahan pengawet kayu yang digunakan pada bangunan maupun pada fondasi sebelum bangunan tersebut berdiri. Masyarakat mempunyai keyakinan bahwa penggunaan residu ini mampu menghalau serangan rayap. Pada bangunan yang telah diberi atau menggunakan residu baik pada kayunya maupun fondasi, hingga saat dilakukan pengambilan data belum terserang rayap.Organisme perusak yang dijumpai adalah rayap kayu kering, hat ini terlihat dari butiran kecil-kecil halus berbentuk lonjong yang berwarna coklat dan merupakan kotoran rayap tersebut yang terdapat di dalam kayu. Pengambilan specimen rayap kayu kering, kesulitan untuk dilakukan karena pada umumnya pemilik atau penghuni bangunan tidak mengijinkan dengan alasan memperparah kerusakan kayu. Sementara organisme perusak rayap tanah tidak ditemukan menyerang bangunan. Dari hasil pemasangancontoh kayu umpan yang telah berumur 2 bulan, tidak satupun contoh kayu umpan yang diserang rayap tanah, baik untuk kayu kelas awet rendah, sedang maupun kelas awet tinggi.

Kupang

Di kota Kupang, tingkat serangan rayap pada bangunan yang sudah berdiri relatif rendah. Hal ini terlihat dari bangunan yang disurvei, hanya dua buah bangunan yang dimiliki oleh pemerintah yang sudah terserang rayap tanah hingga ke rangka plafon. Sementara bangunan milik masyarakat yang terserang rayap tanah kebanyakan berdinding bebak yang terbuat dari daun lontar. Pada umumnya bangunan yang terserang rayap telah berumur lebih dari 10 tahun. Pada bangunan yang tidak terserang rayap, biasanya kondisi bangunan tersebut terpelihara dengan baik, terhindar dari kebocoran dan halaman di sekitar bangunan tidak terdapat sisa-sisa kayu. Di daerah ini dapat digambarkan bahwa apabila di sekitar bangunan terdapat banyak tanaman, halamannya luas dan ada sisa-sisa kayu atau sampah, biasanya terdapat rayap tanah di sekitar bangunan seperti pada tanaman pagar. Hasil pemasangan contoh kayu umpan yang te!ah berumur 2 bulan, hanya kayu kelas awet rendah yang terserang rayap tanah dengan kerusakan sebesar 10 %.

Medan

Tingkat serangan rayap pada bangunan yang sudah berdiri di kota Medan relatif sedang. Dari bangunan yang disurvei, hanya satu bangunan yang diserang rayap tanah hingga ke bagian plafon. Bangunan ini telah berumur lebih dari lima tahun dengan kondisi yang cukup terawat. Jenis kayu bangunan yang digunakan adalah kayu damar taut, kayu meranti dan sebagainya. Pemasangan contoh kayu umpan yang telah berumur 2 bulan memperlihatkan bahwa tidak terdapat serangan rayap tanah baik pada kayu kelas awet rendah, sedang maupun kelas awet tinggi.Berdasarkan pendataan lapangan, besaran frekuensi serangan rayap pada bangunanuntuk masing-masing kota Makassar, Samarinda, Kupang, Medan dan Manado secaraberurutan adalah 31,68%, 86 %, 26,75 %, 53,04 %, dan 43,43 %. Tingginya frekuensiserangan rayap di kota Samarinda kemungkinan akibat perbedaan kondisi bangunanyang cenderung lebih banyak menggunakan komponen kayu. Dan hasil pendataan diSamarinda padabangunan panggung yang menggunakan kayu sebagai komponenutama bangunan baik komponen struktural maupun non struktural menyebabkanserangan rayap menjadi sangat tinggi. Dimana dari total 200 bangunan yang diamati,158 bangunan adalah bangunan panggung dan sebagian besar terserang rayap tanah.Pada kondisi ini banyaknya komponen kayu yang digunakan menjadi daya tarik serangan rayap pada bangunan terutama apabila digunakan kayu-kayu kelas awetrendah. Selain itu kemungkinan disebabkan oleh peralihan penggunaan lahan darilahan hutan ke perkebunan maupun perumahan. Hal ini mengakibatkan terganggunyahabitat alami rayap dan merubah perilaku mencari makan rayap. Rayap kehilangansumber-sumber makanan di dalam atau permukaan tanah dan pada akhirnya mencarisumber makan yang terdapat dalam bangunan.
Keragaman Jenis Rayap

Keragaman jenis rayap yang menyerang bangunan maupun yang menyerang contoh kayu umpan dan yang diketemukan di sekitar bangunan yang menyerang tanaman atau memakan serasah di beberapa wilayah seperti Kota Makassar, Samarinda, Kupang, Medan dan Manado, secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Rayap tanah Coptotermes merupakan jenis yang paling mampu beradaptasi di dalam lingkungan permukiman yang menjadi habitat manusia termasuk menyesuaikan terhadap kondisi lingkungan mikro di dalam bangunan. Oleh karena itu rayap jenis ini paling sering dijumpai menyerang bangunan dan bahkan mampu membuat sarangsarangantara didalamnya (secondary nest) pada tempat-tempat yang tidak secaralangsung berhubungan dengan tanah. Di samping itu kemampuannya dalam menyerang bangunan ditunjang oleh kemampuan jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horisontal maupun vertikal dan ukuran populasinya yang besar. Kehadiran rayap Coptotermes pads bangunan maupun di lingkungan permukiman merupakan indikasi bahaya rayap yang potensial atau hama bangunan yang utama, karena mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang tinggi seperti rangka atap dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Jenis rayap tanah yang lain dan menyerang kayu padsbangunan adalah Macrotermes, Microtermes dan Odontotermes. Sedangkan yang dijumpai di sekitar bangunan yang menyerang tanaman pagar adalah Nasutitermes.Rayap ini ditemukan pada bangunan atau rumah yang mempunyai halaman pekarangan dan pagarnya dari tanaman hidup. Rayap tanah Macrotermes merupakan hama bangunan sekunder, hanya mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang rendah seperti kusen pintu maupun jendela dan tidak menyerang struktur atap. Di sekitar bangunan lebih berperan sebagai hama tanaman. Rayap microtermes sangat jarang menyerang bangunan dan lebih berperan sebagai hama tanaman dan dekomposer. Rayap tanah Odontotermes sangat jarang menyerang bangunan dan lebih berperan sebagai hama tanaman atau dekomposer. Rayap Nasutitermes bukan merupakan hama bangunan dan lebih berperan sebagai dekomposer.Keberadaan rayap Macrotermes, Microtermes, Odnntotermes dan Nasutitermes disekitarbangunan seringkali berperan sebagai decomposer, sehingga perlindungan bangunanyang memadai dengan pengawetan kayu akan menghindarkan serangan dari jenis jenis rayap tersebut. Rayap Cryptotermes bersarang didalam kayu dan mudah dikenali serangannya dengan adanya butiran-butiran kecil yang merupakan kotoran rayap tersebut.

Karakteristik Lingkungan

Tipe iklim berdasarkan kategori tipe iklim Schmidt & Ferguson, indeks iklim dan ketinggian tempat yang dimiliki oleh setiap lokasi penelitian sebagai berikut:
Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik terhadap perkembangan hidup maupun aktivitasnya. Pengaruh suhu terhadap perkembangan serangga terbagi dalam kisaran suhu yaitu suhu maksimum danminimum yang merupakan kisaran suhu tertinggi dan terendah yang dapat menyebabkan kematian serangga, suhu estivasi atau hibernasi merupakan kisaran suhu di alas atau di bawah suhu optimum yang mengakibatkan serangga mengurangi aktivitasnya atau dorman, dan kisaran suhu optimum yang merupakan kisaran suhu dimana serangga dapat berkembangbiak dan menjalankan aktivitasnya. Pada sebagian besar serangga kisaran suhu optimumnya adalah 15 °C - 38°C. Dari data suhu yang diperoleh, menunjukkan bahwa daerah Makassar, Samarinda, Kupang, Medan dan Manado memungkinkan perkembangan hidup dan aktivitas serangga termasuk rayap. Perubahan kelembaban sangat mempengaruhi aktivitas jelajah rayap. Pada kelembaban yang rendah, rayap bergerak menuju daerah dengan suhu yang lebih rendah. Rayap mempunyai kemampuan untuk menjaga kelembaban di dalam liangliang kembara sehingga rayap dapat bergerak ke daerah yang lebih kering. Rayap tanah seperti Coptotermes, Macrotermes, Odontotermes dan sebagainya memerlukankelembaban yang tinggi. Kelembaban optimum untuk aktivitas dan perkembngan rayap sebesar 75% - 90%. Pada rayap kayu kering Cryptotermes tidak memerlukankelembaban yang tinggi. Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan akan mengakibatkan perubahan perkembangan, aktivitas dan perilaku rayap. Hasil pengujian laboratorium sampel tanah yang diambil dari setiap lokasi penelitian

disajikan pada Tabel berikut:
Memperhatikan hasil analisis tekstur tanah terlihat bahwa tanah yang banyak mengandung pasir dan sedikit mengandung fiat adalah tanah dari Kupang dan Manado. Melihat karakteristik tekstur tanah tersebut dapat dikatakan bahwa pada daerah tersebut tidak disukai oleh rayap tanah. Rayap tanah sangat menyukai tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Tanah dengan kandungan pasir rendah dan kandungan liat tinggi adalah pada tanah dari Makassar dan Samarinda. Karakteristik tanah inilah yang paling disukai oleh rayap tanah. Sementara tanah yang dari Medan, kandungan pasir dan kandungan liat tidak terlalu tinggi, hal ini masih memungkinkan rayap tanah untuk berkembang. Keberadaan jenis rayap tertentu dapat menyuburkan tanah karena aktivitasnya dapat mengubah profil tanah, mempengaruhi tekstur tanah danpendistribusian zat organik. Tanah bagi rayap tanah merupakan tempat hidup dan dapat mengisolasi suhu dan kelembaban yang sangat ekstrim yang tidak disukai rayap.


Intensitas Serangan Rayap

Intensitas serangan rayap menunjukkan tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan akibat serangan rayap. Dari data lapangan yang diperoleh menunjukkan bahwa intensitas serangan rayap tertinggi hingga berendah berturut-turut adalah Samarinda sebesar 3,78 %, Makassar 1,06 %, Manado 0,65 %, Medan 0,98 % dan Kupang 0,28 %. Perbedaan intensitas serangan rayap ini disebabkan oleh perbedaan jenis rayap yang menyerang bangunan dan kondisi bangunan. Rayap Coptotermes memberikan dampak perusakan yang paling besar dibandingkan rayap tanah lainnya, karena rayap ini mampu menyerang tidak saja kayu non struktural seperti kusen pintu maupun jendela tetapi juga menyerang struktur atap dan plate. Rayap tanah Microtermes dan Macrotermes lebih banyak dijumpai menyerang kayu non struktural seperi kusen pintu dan jendela, dan tidak banyak dijumpai menyerang struktur atap. Selain itu pada bagian bangunan yang lebih rendah, lebih mudah diserang rayap karena beberapa jenis rayap tanah mempunyai kemampuan untuk menyerang pada bagian tersebut. Rayap tanah pada umumnya menyerang bagian dinding bangunan seperti di Samarinda, Manado dan Medan. Sementara di Makassar lebih banyak menyerang bagian balok dan di Medan menyerang bagian jendela.

Efikasi Bahan Pengawet

Bahan pengawet yang digunakan dalam pengawetan kayu bangunan, telah dilakukan pengujian efikasi bahan pengawet terhadap organisme perusak. Beberapa hasil pengujian efikasi bahan pengawet terhadap organisme perusak disajikan pada label di bawah ini. Organisme perusak yang dimaksud antara lain rayap tanah. Retensi bahan pengawet merupakan banyaknya bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu, yang dinyatakan dalam satuan kg/m
Dari data di alas, khususnya untuk bahan pengawet dari golongan CCF (tembaga, khrom, flour) pada jasad penguji rayap tanah Coptotermes, dengan konsentrasi larutan 4 % dan retensi yang dicapai 7,7 kg/m3, menunjukkan kematian pada rayap tersebut. Bila memperhatikan ketentuan dalam standar Pengawetan Kayu untuk Perumahan dan Gedung (SNI 03-5010.1-1999) besamya retensi yang harus dicapai pada pengawetan kayu untuk penggunaan di luar atap sebesar 8,6 kg/m3, maka persyaratan besaran retensi tersebut dapat dikurangi, karena hasil efikasi bahan pengawet retensinya lebih rendah. Pada jasad penguji rayap Cryptotermes, besaran retensi yang harus dicapai adalah 45,1 kg/m3 dengan konsentrasi larutan 10 %. Untuk bahan pengawet golongan CCB (tembaga, khrom, boron) pada jasad penguji rayap tanah Coptotermesmenunjukkan besaran retensi bahan pengawet yang bervariasi. Pada kayu pinus, retensi bahan pengawet yang dapat mematikan sebesar >73,7 kg/m3 dengan konsentrasi larutan > 10 % untuk bahan pengawet CCB (2) dan > 21,0 kg/m3 dengan konsentrasi larutan > 4,6 % untuk bahan pengawet CCB (3). Sementara retensi bahan pengawet pada jenis kayu karat sebesar 15,6 kg/m3 dengan konsentrasi larutan 6,4 %
untuk bahan pengawet CCB (1), retensi sebesar ≤ 6,2 kg/m3 dengan konsentras larutan ≤ 2,0 % untuk bahan pengawet CCB (2), dan ≤ 18,2 kg/m3 dengan konsentrasi larutan ≤ 4,5 % untuk bahan pengawet CCB (3). Jenis kayu pinus sangat mempengaruhi besarnya retensi yang dapat mematikan rayap tanah Coptotermes, hal ini kemungkinan disebabkan zat kimia yang terkandungan di dalam kayu tersebut dapat menetralisir sebagian bahan pengawet yang masuk kedalam kayu pinus.Mempertimbangkan hat tersebut, untuk kayu-kayu yang berasal dari kelompok kayu lunak (softwood) besarnya retensi bahan pengawet yang terdapat di dalam standar sebaiknya ditinjau kembali. Hal ini berkaitan dengan hasil pengujian pada rayap Coptotermes, retensi bahan pengawet yang mematikan rayap tersebut lebih besar dariketentuan standar. Sementara pada kayu-kayu keras (hardwood), hasil pengujianmenunjukkan ada besaran retensi bahan pengawet yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi dari standar yang mematikan rayap tanah Coptotermes. Khusus bahan pengawet CCB (2), retensi yang mematikan rayap tanah sebesar ≤ 6,2 kg/m3, besarnya retensi ini lebih rendah daripada ketentuan standar. Sementara untuk bahan pengawet CCB (3) retensi yang mematikan rayap tanah sebesar ≤ 18,2 kg/m3, hal ini lebih tinggi dari ketentuan standar.


Teknik Perlindungan

Beberapa teknik perlindungan bangunan terhadap serangan rayap yang telah dilakukan oleh masyarakat antara lain dengan pengawetan kayu bangunan baik dengan bahan pengawet maupun dengan menggunakan residu atau oli bekas. Residu ini bukan merupakan bahan pengawet yang dapat digunakan untuk menahan serangan rayap, mun bahan ini sudah memasyarakat dan mudah didapat di setiap toko material. Masyarakat percaya bahwa dengan menggunakan residu, bangunannya akan terhindar dari serangan rayap. Pengawetan kayu dengan residu biasanya dilakukan dengan cara pengecatan. Selain dengan residu, masyarakat mempercayai bahwa dengan melakukan pengecatan pada kayu bangunan dengan cat kayu juga dapat menghindarkan kayu tersebut dari serangan rayap. Disamping pengawetan kayu, masyarakat juga telah melakukan perlakuan tanah atau pondasi dengan menggunakan residu dengan cara menaburkannya pada bagian tersebut. Pengawetan kayu bangunan dengan bahan pengawet juga telah dilakukan oleh masyarakat, namum jumlahnya relatif sedikit. Hal ini terjadi kemungkinan karena harga bahan pengawet kayu yang relatif mahal dan masyarakat belum menyadari keuntungan yang diperoleh bila telah melakukan pengawetan kayu bangunan. Biasanya apabila bangunan yang dimiliki sudah terkena serangan rayap, pemiliknya baru menyadari keuntungan melakukan pencegahan serangan rayap pada bangunan. Disamping pengawetan kayu, masyarakat melakukan perlindungan bangunan dengan memperbaiki bagian-bagianbangunan yang mengalami kerusakan akibat kebocoran serta menjaga kebersihanbangunan tersebut. Pada bangunan gedung atau pemerintah terutama yang mendapat bantuan dana dari luar negeri mensyaratkan dalam pembangunannya untuk melakukan pengawetan kayu dan perlakuan tanah pada bangunan yang akan didirikan. Sedangkan pada bangunan yang sudah berdiri, akan dilakukan penanggulangan serangan rayap bila serangan tersebut sudah dianggap parah dan membahayakan keselamatan penghuni. Dalam standar SNI 03-2404-2000 tatacara pencegahan serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung, pada bangunan yang akan didirikan terlebih dahulu dilakukan perlakuan tanah/tapak dimana bangunan tersebut didirikan dan dilakukan pengawetan kayu bangunan yang mempunyai kelas awet III - V serta kayu gubal kelas awet I - II. Demikian juga dalam SNI 03-2405-2000 tatacara penanggulangan serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung, namun dilakukan pengeboran dan injeksipada tanah dan dinding. Selain itu pengawetan kayu dapat juga dilakukan dengan injeksi larutan bahan pengawet atau dengan pasak pengawet. Kedua standar tersebutberlaku untuk seluruh wilayah Indonesia 


Hubungan Intensitas Serangan Rayap dengan Faktor lingkungan

Dari hasil analisis regresi hubungan intensitas serangan rayap dengan indeks iklim dan ketinggian tempat, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

IS = 2,71 - 0,0133IK- 0,134 KT
Keterangan:
IS = intensitas serangan
IK = indeks iklim
KT = ketinggian tempat

Nilai koefisien determinasi sebesar 53,4 %, hal ini menggambarkan bahwa bila terjadi perubahan pada intensitas serangan rayap, hanya dapat dijelaskan sebesar 53,4 % saja oleh indekas iklim dan ketinggian tempat. Sedangkan sisanya sebesar 46,6 % disebabkan faktor-faktor lain. Dalam persamaan tersebut terlihat bahwa indeks iklim dan ketinggian tempat berpengaruh nyata pada taraf 40 %. Intensitas seranganberhubungan negatif dengan indeks iklim dan ketinggian tempat, yang berarti semakin rendah indeks iklim dan ketinggian tempat maka intensitas serangan rayap semakin besar.Hasil analisis regresi hubungan antara frekuensi serangan rayap pada bangunan
dengan indeks iklim dan ketinggian tempat diperoleh persamaan sebagai berikut:

F = 68,4 - 0,263 IK - 1,15 KT

Nilai koefisien determinasi dari persaman tersebut sebesar 56,8 % yang menunjukkan bahwa bila terjadi perubahan pada frekuensi serangan rayap, hanya dapat dijelaskan sebesar 56,8 % saja oleh indeks iklim dan ketinggian tempat, sedangkan 43,2 % sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain. Dalam persamaan tersebut juga terlihat bahwa indeks iklim berpengaruh nyata pada tarat 25 %. Sedangkan ketinggian tempat tidak berpengaruh nyata. Frekuensi serangan rayap berhubungan negatif dengan indeks iklim dan ketinggian tempat, yang berarti bahwa semakin rendah .indeks iklim dan ketinggian tempat maka frekuensi serangan rayap semakin besar.


Zonasi Bahaya Rayap

Hasil analisis cluster menunjukkan bahwa tingkat bahaya serangan rayap dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok pertama zona bahaya 1 merupakan zona bahaya serangan rayap tertinggi, zona bahaya 2 merupakan zona bahaya rayap sedang dan zona bahaya 3 merupakan zona bahaya rayap rendah. Kota Samarinda, Manado dan Medan termasuk kedalam zona bahaya 1, zona bahaya 2 adalah kota Makassar dan zona bahaya adalah kota Kupang. Demikian juga dengan hasil analisiscluster untuk frekuensi serangan rayap yang menunjukkan pengelompokkan yang sama. Matrik hubungan antara intensitas serangan rayap. tipe iklim.

 ketinggian tempatdan zona bahaya rayap tersaji pada tabel berikut :

Pola Serangan Rayap Tanah

Pada bangunan panggung, rayap tanah menyerang kayu bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah seperti tiang bangunan yang tidak menggunakan pondasi setempat dari beton. Sedangkan pada bangunan non panggung, rayap tanah menyerang melalui retakan atau celah dinding, rongga lantai dan pondasi. Melalui lubang yang sangat kecil rayap masuk kedalam kayu, semakin lama semakin dalam, memanjang searah dengan serat-serat kayu. Ada beberapa bangunan yang penyebaran rayapnya melalui mebeler yang menempel pada dinding bangunan. Pada bangunan yang mengalami kebocoran, umumnya mudah terserang rayap. Hal ini memungkinkan terjadinya iklim mikro dengan kelembaban yang tinggi pada bangunan tersebut yang sangat disukai oleh rayap. Selain itu kebocoran pada bangunan dapat menyebabkan pelapukan pada kayu atau tumbuhnya jamur juga sangat disukai oleh rayap tanah.Serangan rayap juga cenderung terjadi pada bangunan yang berumur lebih dari limatahun. Semakin tua umur bangunan, kemungkinan besar serangan rayap semakinmeningkat. Hal ini berkaitan dengan kondisi bangunan yang lebih tua umurnya cenderung mengalami kemunduran kondisi bangunan. Disamping itu berhubunga dengan perkembangan koloni rayap yang berada di tapak bangunan, akan mencari sumber makanan baru bila sumber makanan di dalam tanah semakin menipis.

 

Lingkungan mikro tanaman

Elemen lingkungan yang memengaruhi produktivitas tanaman adalah temperatur, kelembapan relatif, intensitas cahaya, angin, polutan, konsentrasi CO2, serta pH, kadar nutrisi, dan kadar airmedia tanam. Media tanam yang digunakan bervariasi, ditentukan oleh praktik menanam yang digunakan. Penanaman dengan cara hidroponik tentu saja memerlukan penanganan pH, nutrisi, dan kadar air media tanam yang berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan media tanah, sehingga penanganan lingkungan mikro akan sedikit berbeda. Penanganan faktor lingkungan dalam rumah kaca juga berbeda jika dibandingkan dengan penanganan lingkungan mikro tanaman dalamruangan terbuka, mengingat bahwa dalam rumah kaca intensitas panas dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dan struktur bangunan.

Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman karena merupakan sumber energi bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling penting bagi tanaman adalah cahaya tampak, yang memiliki panjang gelombang antara 390-700 nm.
Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon teh untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis).
Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak; misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari, bit gula tidak akan menghasilkan gula yang banyak jika tidak mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.

Temperatur

Temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting bagi tumbuhan. Temperatur di sekitar tanaman, baik temperatur udara, air, ataupun tanah, dipengaruhi oleh banyak hal seperti durasi dan intensitas radiasi matahari, laju pindah panas, laju transpirasi dan evaporasi, dan aktivitas biologis di sekitar tanaman. Mudah mengukur temperatur udara di sekitar tanaman, namun sulit mengukur temperatur tanaman itu sendiri. Biasanya temperatur daun digunakan sebagai data yang mewakili karena permukaan daun yang luas serta kegunaan daun sebagai organ transpirasi menjadikannya tolok ukur pengukuran temperatur tanaman. Selain itu, temperatur tanah juga digunakan untuk mengukur temperatur organ perakaran tanaman.Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzim tanaman dan aktivitas air. Tanaman, selayaknya makhluk hidup lain di bumi ini, kehidupannnya dikendalikan oleh aktivitas enzim di dalam maupun di luar sel. Jika temperatur terlalu dingin, sel tidak akan aktif dan cenderung dorman, sedangkan ketika temperatur terlalu tinggi, enzim perlahan-lahan akan mengalami pengurangan aktivitas hingga akhirnya mati. Jika tidak ada aktivitas enzim, kehidupan tidak akan berlangsung dengan baik. Selain itu, temperatur yang tinggi juga akan menyebabkan laju transpirasi meningkat melebihi penyerapan air oleh akar sehingga sel tanaman akan mengering dan mati.Temperatur bersama-sama dengan kelembapan udara adalah yang paling memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kelembapan udara relatif

Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.
Dalam konteks budidaya tanaman, kelembapan udara dipengaruhi dan memengaruhi laju transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan meningkatkan laju penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanaman mengering.
Kelembapan udara, bersama dengan temperatur paling banyak memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kadar karbon dioksida di udara

Karbon dioksida adalah gas yang diperlukan oleh tanaman sebagai bahan dasar berlangsungnya fotosintesis. Tanpa Karbon dioksida, tanaman tidak akan menghasilkan hasil pertanian karena karbon dioksida bersama air dan cahaya matahari merupakan bahan dasar proses pembentukan hasil-hasil pertanian melalui fotosintesis tanaman.

Kecepatan angin

Yang dimaksud dengan kecepatan angin dalam hal ini adalah besarannya dan tidak bergantung pada arah. Angin memengaruhi laju transpirasi, laju evaporasi, dan ketersediaan karbon dioksida di udara. Tanaman akan mengalami kemudahan dalam mengambil karbon dioksida di udara pada kecepatan udara antara 0,1 hingga 0,25 m/s. American Society of Agricultural Engineering merekomendasikan kecepatan angin dalam budidaya tanaman tidak melebihi 1 m/s. Pengendalian kecepatan angin dapat dilakukan jika budidaya dilakukan dalam greenhouse dengan ventilasi yang tidak terlalu terbuka serta dinding yang kedap udara.

Polutan

Polutan adalah segala sesuatu yang mencemari lingkungan. Polutan yang memengaruhi pertumbuhan tanaman dapat berupa polutan udara, tanah, maupun air ketika dilakukan irigasi. Kerusakan tanaman dapat terjadi ketika udara di sekitar tanaman mengandung amonia dalam kadar 8-40 ppm atau SO2 sebesar 1 ppm. Merkuri, baik dalam bentuk uap, polutan air, maupun dalam tanah, dapat menyebabkan akumulasi merkuri pada hasil pertanian. Keberadaan gas etilena dapat mencegah terbentuknya kuncup bunga.

Zona perakaran

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7d/Roots_of_a_hydroponically-grown_plant.jpg/250px-Roots_of_a_hydroponically-grown_plant.jpg

Akar yang ditanam dalam media hidroponik
Zona perakaran merupakan tempat berdirinya tanaman dan sekaligus berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Lingkungan perakaran juga menjadi sumber air dan tempat tersimpannya nutrisi tanaman sebelum diserap oleh tanaman. Zona perakaran juga merupakan tempat berlangsungnya difusi oksigen ke akar. Zona perakaran tidak hanya berupa media tanah; penanaman secara hidroponik memungkinkan tanaman ditanam di media non tanah. Media tersebut antara lain sabut kelapa, arang, vermiculite, rockwool, perlite, air, dan sebagainya. Bahkan tanaman yang ditanam secara aeroponik tidak memerlukan media tanam apapun; akar langsung terekspos oleh udara.

Lingkungan mikro hewan

Lingkungan mikro hewan adalah faktor yang memengaruhi kenyamanan hidup hewan dan interaksinya dengan lingkungan sekitar (kandang, padang rumput, dan sebagainya). Dalam bangunan pertanian kandang, pengendalian kelembapan, temperatur, intensitas cahaya, dan bau serta pengaturan jarak antara satu hewan dengan hewan lainnya penting untuk dilakukan demi kenyamanan dan produktivitas hewan ternak.

Hewan dikatakan nyaman jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
  • Pembuluh darah tidak mengembang atau mengkerut, disebabkan temperatur yang mengganggu kenyamanan hewan tersebut.
  • Evaporasi dari kulit dan saluran napas hewan minimum, dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur dan kelembapan kandang.
  • Rambut dan bulu tidak tegang.
  • Respon dan tingkah laku terhadap lingkungan (temperatur panas atau dingin, bau, dan sebagainya) tidak terlihat.

Temperatur udara

Peranan temperatur udara dalam lingkungan mikro hewan sangat penting dalam menentukan kenyamanan hewan ternak. Temperatur yang dibutuhkan untuk setiap jenis hewan dan dalam kondisi tertentu berbeda-beda, menyebabkan pengaturan temperatur mikro hewan menjadi sulit. Seperti contoh, hewan ternak besar yang baru saja dilahirkan membutuhkan temperatur yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hewan ternak besar dalam kondisi biasa agar tidak mengalami hipotermia akibat proses adaptasi yang belum terlalu lama. Temperatur kenyamanan bagi hewan ditentukan oleh jenis hewan ternak, usia, jenis kelamin, jumlah pakan, dan kondisi kesehatan dan fisiologis hewan ternak.
Temperatur yang berada di luar temperatur kenyamanan hewan akan menyebabkan hewan stress. Jika terlalu ekstrem panas akan menyebabkan hewan mati akibat hipertermia, dan pada kondisi tersebut hewan mengalami penyerapan panas yang terlalu tinggi. Sedangkan jika terlalu ekstrem dingin akan menyebabkan hewan mati akibat hipotermia, dan hewan ketika itu mengalami pengeluaran panas yang terlau tinggi. Semua jenis hewan ternak yang umum berada di pasaran adalah hewan berdarah panas, yang berarti hewan tersebut dapat mempertahankan temperatur tubuhnya dengan mengatur kecepatan aliran darah, lebar penampang pembuluh darah, kadar gula, ion tubuh, dan sebagainya.Perilaku dan perubahan fisiologis hewan yang mungkin muncul ketika berada dalam kondisi kedinginan yaitu:
  • Pembuluh darah mengkerut, rambut menjadi tegang, dan kulit menebal diisi oleh kandungan lemak dan minyak. Kombinasi dari ketiganya mengurangi besarnya pindah panas dari tubuh ke lingkungan
  • Metabolismeakan meningkat untuk meningkatkan panas tubuh. Hal ini akan menyebabkan hewan cepat lapar dan membutuhkan makanan yang lebih banyak

Jenis dan bangunan pertanian

Sebagai alat produksi, bangunan pertanian digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau proses produksi pertanian baik pra maupun pasca panen. Berdasarkan fungsinya, maka bangunan pertanian dapat dikelompokkan dalam berbagai macam atau jenis bangunan sebagai berikut:

Bangunan untuk produksi tanaman

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a6/Botanischer_Garten_BS.Seerosen.jpg/250px-Botanischer_Garten_BS.Seerosen.jpg

Rumah tanaman, salah satu jenis bangunan untuk budidaya pertanian yang paling umum
Bangunan untuk produksi tanaman umum disebut greenhouse atau rumah kaca atau rumah tanaman; istilah terakhir muncul sejak pembangunan greenhouse tidak lagi menggunakan kaca, tetapi juga plastik dan fiberglass dengan alasan teknis maupun ekonomi. Rumah kaca umumnya dibangun di wilayah subtropis dan wilayah dengan empat musim. Bangunan ini dperlukan agar kegiatan bercocok tanam dapat dilakukan ketika temperatur cuaca mematikan bagi tanaman pertanian. Dengan rumah kaca, tanaman yang di dalamnya terlindungi dari temperatur lingkungan serta mendapatkan temperatur yang cukup untuk pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan cahaya matahari masih dapat menembus atap dan dinding rumah kaca, sedangkan panas yang dihasilkan dari elemen-elemen di dalam rumah kaca sulit keluar dan terperangkap di dalam sehingga temperatur di dalam rumah kaca menumpuk dan mengimbangi temperatur dingin di luar sehingga memungkinkan bagi tanaman untuk hidup.
Tetapi, efek rumah kaca tidak dapat diterapkan di wilayah tropis karena temperatur yang meningkat akan mematikan tanaman yang didalamnya, mengingat bahwa temperatur lingkungan di wilayah tropis sudah cukup untuk pertumbuhan tanaman. Greenhouse yang dibangun di wilayah tropis umumnya tidak melindungi tanaman dari temperatur udara luar. Hal ini karena konstruksi tembok yang tidak kedap udara dan atap yang berventilasi, memungkinkan udara panas naik dan keluar dari greenhouse. Namun greenhouse ini dapat melindungi tanaman dari hujan dan serangan hama.

Bangunan untuk produksi ternak

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/ba/LightningVolt_Barn.jpg/250px-LightningVolt_Barn.jpg

Kandang di Wisconsin, USA
Bangunan ternak yang dimaksud adalah bangunan untuk ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Di Indonesia, pada umumnya sudah digunakan dalam skala luas kadang ayam yang dibangun dalam skala besar untuk tujuan komersial, dilengkapi dengan peralatan-peralatan mekanis. Usaha ternak sapi belum mampu berkembang sebesar usaha peternakan ayam, karena umumnya usaha ternak sapi masih diusahakan petani baik secara individu maupun berkelompok. Sistem perkandangannya pun masih sederhana dan hanya mampu menampung dua hingga lima ekor sapi. Peternakan besar sudah ada, namun jumlahnya terbatas sehingga masih berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia.
Usaha di bidang peternakan memerlukan fasilitas perkandangan yang baik agar produksinya baik. Untuk itu, diperlukan perancangan dan desain yang baik pula, dan disesuaikan dengan jenis ternak dan skala usaha yang ada. Yang paling utama adalah kandang tersebut berfungsi dengan baik, menyediakan perlindungan dan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan kenyamanan hewan ternak.

Bangunan untuk penyimpanan hasil pertanian

Penyimpanan bahan hasil pertanian telah dilakukan oleh manusia sejak 8000 tahun sebelum masehi pada saat manusia mulai menanam, sedangkan penyimpanan bahan pangan sudah dimulai sejak manusia melakukan budaya berburu dan mengumpulkan makanan untuk mencegah kelaparan ketika musim yang tidak diinginkan datang. Produk hasil pertanian secara luas, baik berupa hasil pertanian, perikanan, peternakan, maupun kehutanan memerlukan fasilitas penyimpanan sebelum diproses atau sebelum dipasarkan. Tujuan penyimpanan secara fisik adalah untuk mempertahankan mutu dan mencegah kerusakan produk. Penyimpanan diperlukan karena berkaitan dengan tujuan pemasaran, yaitu menunggu hingga harga pasar baik untuk menjual hasil pertanian.

Jenis-jenis bangunan penyimpanan hasil pertanian:
Gudang adalah suatu bangunan penyimpanan yang memiliki bagian-bagian konstruksi yang terdiri dari atap (penutup), dinding, dan lantai, membentuk suatu ruangan perlindungan yang cukup luas untuk menempatkan atau menyimpan berbagai macam barang atau komoditas. Definisi ini membedakan fasilitas penyimpanan yang lain seperti lumbung, peti, kotak, atau perlengkapan pengemasan lainnya. Gudang secara konstruksi tidak banyak berbeda dengan gedung yang bersifat statis dan memerlukan pondasi untuk memantapkan dan menstabilkan posisi dan kedudukan bangunan tersebut.
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/14/Port_Giles_silos.jpg/250px-Port_Giles_silos.jpg

Silo yang terdapat di Port Giles, Australia Selatan, yang digunakan untuk menampung gandum
Penyimpanan hasil tanaman berupa biji-bijian dapat dilakukan secara curah atau karung. Bangunan penyimpan biji-bijian curah umumnya berbentuk lumbung atau silo berupa silinder tegak. Di Indonesia, yang saat ini digunakan adalah lumbung yang berbentuk rumah panggung persegi. Pada penyimpanan dengan sistem karung, biji-bijian dimasukan ke dalam karung dan disimpan di gudang secara berumpuk-tumpuk.
Sedangkan penyimpanan buah-buahan, sayur-sayuran, hasil ternak, dan hasil pertanian lainnya yang cepat membusuk akibat serangan mikroba dan jamur, umumnya disimpan di ruangan berpendingin.

 

 

Bangunan untuk penyimpanan bahan, alat, dan mesin budidaya pertanian

Jenis bangunan ini sangat penting dalam usaha tani skala besar dan komersial. Kondisi yang harus dipenuh dalam konstruksi bangunan pertanian jenis ini adalah faktor keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat bahwa bangunan ini berguna untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan budidaya pertanian seperti benih, bahan-bahan kimia seperti pupuk, pestisida, dan bahan bakar serta alat dan mesin pertanian seperti traktor. Sebaiknya bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti pemadam kebakaran serta pintu darurat. Konstruksi bangunan juga sebaiknya tahan api dan tidak mudah runtuh dalam kondisi apapun. Kebutuhan fasilitas lainnya disesuaikan, misalnya untuk bangunan penyimpanan traktor dan implemennya, diperlukan pintu yang besar.
Bangunan pertanian lainnya
Dalam usaha tani komersial, biasanya ada banyak jenis bangunan pertanian karena banyaknya kebutuhan, misalnya infrastruktur jalan menuju ladang atau kandang, pagar, bendungan, dan sebagainya.

Pengendalian lingkungan pada bangunan pertanian

Bangunan pertanian harus mampu mengatasi pengaruh buruk dari lingkungan di luar bangunan. Pengendalian lingkungan di dalam bangunan pertanian meliputi cahaya, temperatur, kelembapan, komposisi gas, dan sebagainya.
Untuk mempertahankan temperatur lingkungan di dalam suatu bangunan pertanian, harus ada keseimbangan antara input dan output sumber panas di dalam bangunan tersebut. Panas dapat masuk ke dalam bangunan pertanian dari berbagai sumber, misalnya aliran udara masuk, peralatan mekanis, lampu pencahayaan, aktivitas manusia, dan panas yang dihasilkan dari tanaman maupun hewan di dalamnya. Sedangkan, panas dapat keluar dari bangunan pertanian melalui udara keluar, konduksi bangunan pertanian, penyerapan panas oleh elemen-elemen dalam bangunan, dan sebagainya. Besarnya kehilangan panas konduksi dari suatu bangunan bergantung pada resistansi aliran panas pada bangunan, luas dinding dan atap, serta perbedaan temperatur antara struktur bangunan dan atmosfer.







Nilai konduktivitas panas bahan
Bahan
Nilai konduktivitas (W/m.K)
Udara
0,024
Hidrogen
0,17
Air
0,61
Busa poliuretan
0,026
Polistirena
0,034
Papan gabus
0,043
Kayu
0,115
Salju
0,17-0,52
Gelas
0,34-1,21
Tanah
1,04-1,73
Beton
1,73
Baja
45,00
Aluminium
212,80
Tembaga
385,80

Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi tanaman

Faktor lingkungan yang ada dalam greenhouse adalah cahaya, temperatur, kelembapan, aliran udara, komposisi udara, dan media tanam. Sedangkan arah pengendalian faktor lingkungan tersebut bergantung pada tujuan penggunaan greenhouse. Pada daerah dengan empat musim, greenhouse digunakan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam di musim dingin atau menanam tanaman pertanian yang tidak sesuai dengan iklim dan musim setempat dengan mengendalikan kondisi lingkungan di dalamnya. Misalnya, untuk menghindari udara dingin, ventilasi diminimalisasi sehingga udara dingin luar tidak dapat masuk dan panas yang terperangkap di dalam tidak keluar dengan mudah. Umumnya, tipe rumah kaca seperti ini membutuhkan bahan transparan yang sangat bening namun tidak dapat ditembus oleh gelombang inframerah yang dipancarkan oleh tanaman di dalamnya setelah menerima cahaya matahari sehingga panas di dalam dapat dipertahankan. Bahan konstruksi bangunan juga perlu diperhatikan, yaitu harus terbuat dari bahan dengan konduktivitas termal yang rendah untuk mencegah hilangnya panas keluar dari bangunan dan yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
Untuk penggunaan di wilayah tropis, greenhouse umumnya digunakan untuk melindungi tanaman dari hujan dan mencegah serangan hama dan penyakit, akibat tingginya kelembapan udara wilayah tropis karena curah hujan yang tinggi serta temperatur yang tinggi. Untuk itu, dinding greenhouse umumnya terbuat dari kain kasa yang cukup rapat namun masih memungkinkan aliran udara dari luar masuk ke dalam maupun sebaliknya. Selain itu, atapnya berventilasi sehingga udara panas di dalam dapat keluar dengan mudah. Untuk pemilihan bahan konstruksi bangunan, tipe greenhouse ini tidak membutuhkan jenis bahan pertanian khusus melainkan bahan yang tahan terhadap korosi mengingat wilayah tropis memiliki kelembapan udara yang tinggi.
Untuk penggunaan di daerah gurun, rumah kaca berfungsi untuk menurunkan temperatur udara di dalam sehingga tidak sepanas udara di lingkungan luar. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh, karena pada umumnya kondisi gurun terlalu ekstrem untuk tanaman pertanian. Tipe greenhouse seperti ini umumnya tertutup dengan atap yang tidak bening, namun agak teduh untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk. Pengendalian kelembapan udara juga diperhatikan, mengingat lingkungan gurun sangat kering.
Masalah yang mungkin timbul dari rapatnya konstruksi greenhouse dan cenderung tertutup dari lingkungan luar adalah kadar karbon dioksida. Ventilasi yang terlalu rapat dapat menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dalam greenhouse. Fotosintesis yang terjadi di dalam greenhouse cenderung lebih intens dibandingkan dengan kondisi di luar, menyebabkan penyerapan karbon dioksida melebihi kondisi normal. Hal ini dapat diatasi dengan memperkaya kandungan karbon dioksida di dalam greenhouse dengan suatu generator agar kadar kardon dioksida di dalam tidak jatuh hingga di bawah normal.

Pengendalian lingkungan pada bangunan produksi ternak

Hubungan antara hewan ternak dan faktor lingkungannya sangat kompleks; pemahaman terhadap hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan mikro hewan yang sesuai bagi pertumbuhan hewan. Pemenuhan kondisi lingkungan yang sesuai merupakan salah satu syarat menciptakan kenyamanan bagi hewan ternak yang pada akhirnya akan memberikan produktivitas terbaiknya.
Kondisi temperatur yang baik bagi hewan yaitu kondisi di mana hewan ternak tidak menunjukkan gejala responsif terhadap temperatur. Temperatur juga memengaruhi tingkat kenyamanan hewan ternak, di mana temperatur kenyamanan bagi setiap jenis hewan ternak dan dalam kondisi tertentu berbeda-beda. Hal ini berarti memerlukan desain kandang yang berbeda untuk setiap jenis hewan ternak dalam setiap kondisi (kandang untuk hewan ternak yang baru lahir, kandang untuk hewan ternak yang sedang hamil, kandang untuk hewan ternak yang sedang sakit, dan sebagainya). Karena sesungguhnya, sulit untuk menciptakan kondisi temperatur yang berbeda bagi hewan yang berbeda pada satu kandang. Meski hewan ternak memiliki adaptasi homeostasis (pengkodisian temperatur tubuh atau mempertahankan temperatur tubuh dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk menciptakan kenyamanan bagi dirinya sendiri), namun hal itu membutuhkan energi yang tinggi dari hewan tersebut, yang dapat mengakibatkan berkurangnya hasil hewan ternak yang dikehendaki.
Pengaturan temperatur dalam satu kandang dapat dilakukan dengan pengaturan ventilasi. Jenis-jenis ventilasi yaitu ventilasi alamiah, dan ventilasi mekanis di mana AC dan tungku penghangat juga termasuk di dalamnya.
Fasilitas di dalam kandang hewan ternak dibangun dengan memperhatikan aspek tingkah laku dan kesehatan hewan. Umumnya hewan ternak termotivasi untuk beristirahat, makan, minum, dan bergerak-gerak tergantung kondisi lingkungan dan fisiologis yang didapatkan oleh hewan, dan itu membutuhkan adaptasi struktur terhadap hal-hal tersebut, seperti contoh, sapi menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan beristirahat, sehingga diperlukan konstruksi kandang yang memungkinkan bagi sapi untuk merasa nyaman ketika ia beristirahat.
Faktor lainnya yang digunakan untuk konstruksi kandang hewan adalah pembebanan terhadap lantai kandang oleh peralatan-peralatan kandang dan beban hewan ternak. Selain itu, diperlukan konstruksi lantai yang mudah dilakukan pembersihan dan anti slip, khususnya pada kandang hewan ternak besar untuk mencegah terjadinya kecelakaan bagi hewan ternak. Selain itu, diperlukan drainase yang baik agar kotoran dan sisa-sisa makanan serta air yang tergenang tidak menjadi sarang penyakit.
Material yang digunakan dalam konstruksi kandang di segala aspek secara umum harus resisten terhadap hal-hal berikut:
  • Serangan bahan kimia dan pelapukan
  • Kondisi iklim dan temperatur ekstrem
  • Pengaruh hama
  • Pengaruh kegiatan pencucian kandang (tekanan air dan sebagainya)

Pengendalian lingkungan pada bangunan penyimpanan hasil pertanian

Penyimpanan hasil pertanian merupakan bagian yang penting dalam penanganan pasca panen; beberapa jenis hasil pertanian sangat rentan terhadap kerusakan selama penyimpanan, apalagi jika sistem penyimpanan yang ditetapkan kurang atau tidak memenuhi persyaratan penyimpanan yang baik. Selama penyimpanan proses perubahan biokimia dan serangan agen-agen perusak dapat menyebabkan susut dan menghasilkan metabolit yang berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyimpanan yang baik dan benar. Dalam hal ini, perlu dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam penyimpanan serta kontrol terhadap agen-agen yang dapat menimbulkan kerugian.
Banyak faktor yang berperan dalam penyimpanan bahan hasil pertanian. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan (temperatur, kelembapan relatif, komposisi atmosfer), faktor bahan (kadar air, aktivitas air, dan sebagainya), tindakan penanganannya (cara dan waktu panen, pencucian, pengeringan, dan sebagainya), faktor bangunan (struktur, kemampuan pengaturan lingkungan dalam bangunan, fasilitas, dan sebagainya).
Penyimpanan hasil pertanian membutuhkan lingkungan yang mendukung kondisi yang dapat mempertahankan hasil pertanian dalam waktu lama dengan tidak mengubah kualitas dan kuantitas hasil pertanian (tidak mengubah rasa, warna, bentuk, dan sebagainya) serta mencegah terjadinya perkecambahan terutama dalam penyimpanan hasil pertanian yang berbentuk biji-bijian. Hal ini dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur, kelembapan, komposisi gas dalam udara, dan pengendalian hama yang dapat merusak hasil pertanian.
Dalam penyimpanan hasil pertanian, perlu diperhatikan:
  • Kadar air dan aktivitas air dalam hasil pertanian
  • Daya tumbuh, terutama hasil pertanian dalam bentuk biji-bijian
  • Aktivitas respirasi, terutama buah-buahan dan sayur-sayuran, karena aktivitas respirasi masih terjadi meski sudah dipanen
  • Massa jenis hasil pertanian
Temperatur ruangan dan sistem penyimpanan memegang peran yang sangat penting dalam sistem penyimpanan. Bahan pangan yang berkadar air tinggi dan indeks aktivitas air yang tinggi rentan terhadap kerusakan kimiawi dan mikrobiologis. Hasil pertanian yang tahan terhadap serangan mikroorganisme seperti serealia dapat terancam oleh serangan hama makroskopis seperti serangga, tikus, dan sebagainya. Aktivitas hama makroskopis tersebut sangat tergantung pada temperatur lingkungan; semakin rendah temperatur ruangan, semakin rendah tingkat serangan.
Secara umum, setiap elemen bangunan penyimpanan hasil pertanian harus memenuhi berbagai kondisi. Atap harus dapat melindungi komoditas di dalamnya dari cuaca, angin, pengaruh sinar matahari secara langsung, organisme pengganggu, serta dapat memberikan hawa sejuk bagi ruangan dan produk yang disimpannya. Lantai harus memberikan ruang gerak yang aman, memudahkan pembersihan dan perawatan, dapat menahan beban produk, serta dapat mencegah penyerapan kadar air. Pondasi harus dapat mengurangi pergeseran bangunan terhadap tanah. Pintu harus memperlancar kegiatan bongkar muat komoditas dan mencegah masuknya organisme pengganggu. Ventilasi harus dapat mengontrol suasana di dalam dan di luar sehingga nyaman bagi pekerja, mencegah hujan dan udara akibat kelembapan tinggi, mencegah kehadiran organisme pengganggu. Jendela harus berfungsi dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman, mengatur cahaya matahari yang masuk, melindungi dari cuaca dan organisme pengganggu.

Penyimpanan pada suhu rendah

Produk sayuran, buah-buahan, dan hasil peternakan (susu, daging, dan sebagainya) pada umumnya mudah rusak dan membusuk sehingga memerlukan fasilitas penyimpanan khusus yang dapat menghambat aktivitas organisme yang mengakibatkan membusuknya sayuran dan buah-buahan. Hal ini dapat dilakukan dengan penyimpanan suhu rendah, yang juga digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan dan peternakan dengan alasan yang sama. Fasilitas semacam ini relatif mahal dalam pembangunannya karena memerlukan berbagai peralatan mekanis, bahan insulator, instrumentasielektronika, dan tenaga ahli untuk mengendalikan faktor-faktor lingkungan di dalam seperti temperatur, kelembapan, komposisi udara, dan sebagainya.
Umumnya, penyimpanan suhu rendah dilakukan karena memiliki keuntungan sebagai berikut:
Dalam penyimpanan pada suhu rendah, yang terpenting untuk diperhatikan adalah temperatur dan kelembapan pengawetan untuk setiap jenis hasil pertanian berbeda-beda. Jika kurang dingin, hasil pertanian mungkin masih melakukan respirasi dan hama yang tersisa mungkin masih dapat hidup, sedangkan jika terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan struktur molekul hasil pertanian akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga mengubah rasa dan kualitas. Pendinginan yang terlalu ekstrem juga dapat menyebabkan penyusutan. Temperatur juga perlu dijaga agar tidak berfluktuatif.
Kelembapan di dalam ruangan pendingin juga perlu dijaga, karena kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan kelayuan, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi dapat merangsang pertumbuhan jamur dan kapang. Untuk meningkatkan kelembapan udara, umumnya dilakukan penyemprotan air ke lantai, sedangkan untuk mengurangi kelembapan, dapat dilakukan penyebaran bahan-bahan kimia yang dapat menyerap kelembapan dari udara. Umumnya, buah-buahan yang mengandung banyak air membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi.
Tabel Rekomendasi suhu, kelembapan, dan daya hasil simpan hasil pertanian (Satuhu, 1995)
Hasil pertanian
Suhu (oC)
Kelembapan relatif (%)
Umur simpan (minggu)
13
85-90
2
12,7-14,4
85-90
3-4
Pisang Cavendish matang
12,7
85-90
1
9-10
90
2
8-10
85-90
2-5
10
85-90
3
10
85-90
1-2,5


Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/af/Fruit_Stall_in_Barcelona_Market.jpg/250px-Fruit_Stall_in_Barcelona_Market.jpg

Perlu diperhatikan bahwa masa penyimpanan juga berpengaruh, karena buah dan sayuran setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki klorofil dan jika cahaya cukup). Hal ini berguna untuk menyesuaikan kematangan buah, karena sebenarnya buah tidak pernah dipanen dalam keadaan benar-benar matang karena buah harus mengalami proses pengepakan dan distribusi yang tidak sebentar hingga sampai ke tangan konsumen. Jika buah dipetik dalam keadaan benar-benar matang, buah akan menjadi terlalu matang atau bahkan busuk ketika sampai ke konsumen.

Perbedaan kelembapan pada penyimpanan setiap jenis buah-buahan dan sayuran memiliki perbedaan yang sedikit, sehingga pengendalian kelembapan umumnya tidak dilakukan secara presisi, namun perbedaan temperatur penyimpanan pada setiap jenis buah-buahan dapat berbeda-beda. Misal, apel membutuhkan temperatur penyimpanan antara 2-3oC, tapi pisang membutuhkan temperatur penyimpanan antara 12-13oC. (USDA)
Tabel kerusakan dingin beberapa buah/sayuran yang disimpan pada temperatur di bawah batas aman
Jenis buah/sayuran
Suhu terendah (oC)
Gejala kerusakan akibat temperatur rendah
2-3
Pencoklatan, lembek, lepuh di bagian dalam
Alpukat
4-7
Daging buah coklat kehitaman
Pisang
12-13
Warna jelek jika matang
10-13
Kulit seperti melepuh, kehitaman, dan pematangan tidak merata
Pepaya
7
Lubang cacat, gagal matang, penyimpangan cita rasa, busuk
7
Bercak-bercak hitam dan kecoklatan
7
Lepuh, lubang noda, dan busuk
7
Lepuh, busuk
7,2-10,0
Pelunakan, busuk

Penyimpanan hasil pertanian dalam bentuk karung

Penyimpanan tipe ini lebih umum di Indonesia, terutama gudang-gudang penyimpan stok bahan pangan di mana bahan pangan tersebut memungkinkan untuk dijual dengan segera jika terjadi kekurangan pasokan di pasar. Penyimpanan tipe ini memiliki keuntungan, yaitu fleksibel, modal investasi konstruksi bangunan relatif kecil, biaya bongkar muat lebih murah, dan tidak terjadi migrasi uap air (jika karung kedap air). Namun, tipe ini memiliki beberapa tipe kelemahan, diantaranya: harus dilakukan fumigasi secara rutin sehingga dapat menambah cost usaha, jika terjadi serangan hama akan sulit dikendalikan, dan temperatur dan kelembapan akan sukar dikendalikan.

Penyimpanan hasil pertanian serealia dalam bentuk curah dalam silo

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b3/Various_grains.jpg/250px-Various_grains.jpg
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/da/Rice_grains.jpg/250px-Rice_grains.jpg
Penyimpanan dalam bentuk curah berarti hasil pertanian disimpan tanpa karung pembungkus dan disimpan secara besar-besaran dalam satu bangunan. Biasanya, hasil pertanian yang disimpan dalam bentuk curah adalan hasil pertanian yang berupa biji-bijian (gandum, beras, jagung yang telah dipipil, sorgum, rye, barley, oat, kacang-kacangan, kopi, lada, biji bunga matahari, dan sebagainya) dan disimpan dalam bangunan yang disebut silo.
Keuntungan sistem curah diantaranya, biji-bijian dapat ditangani seperti halnya fluida yang dapat dialirkan dan memudahkan pergerakan bahan, tidak membutuhkan karung pembungkus sehingga menghemat biaya, dan pengendalian kualitas lebih efisien dan efektif. Selain itu, penyimpanan dalam silo membutuhkan tempat yang tidak lebih luas dari penyimpanan sistem karung dalam kuantitas yang sama. Penyimpanan hasil pertanian juga dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama dengan jumlah loss lebih rendah.
Namun konstruksi silo tidaklah murah.
Syarat dasar penyimpanan dalam bentuk curah:
  • Kadar air dalam biji-bijian harus rendah, di mana dalam keadaan tersebut respirasi minimum.
  • Biji-bijian harus bebas dari kotoran dan debu yang dapat menghambat sirkulasi udara.
  • Silo harus berventilasi yang dapat mengatur atmosfer di dalam silo sesuai dengan hasil pertanian yang disimpan.
  • Harus kedap air dan pengaruh cuaca serta terbebas dari pengaruh radiasi matahari.
  • Dilengkapi dengan konveyor dan bucket elevator untuk memudahkan pengangkutan dan pemindahan bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pengendalian kelembapan dan temperatur udara dalam silo merupakan hal yang cukup penting karena secara alami, biji-bijian bersifat higroskopis, yaitu mampu melepaskan kadar air ke udara dan juga dapat menyerap kadar air dari udara, tergantung kondisi temperatur dan kelembapan di sekitar biji-bijian. Hal ini penting, karena kadar air dalam biji-bijian berpengaruh terhadap pertumbuhan hama dan penyakit pengganggu biji-bijian.

Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan

Modifikasi kadar udara dalam ruang penyimpanan bersama dengan pengaturan temperatur dan kelembapan merupakan metode penyimpanan atmosfer terkontrol (Controlled Atmosphere Storage) dalam menyimpan hasil pertanian agar lebih tahan lama. Modifikasi kadar udara yaitu pengendalian kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam ruangan penyimpanan; umumnya yang dilakukan adalah meningkatkan kadar karbon dioksida dan menurunkan kadar oksigen. Hal ini perlu dilakukan karena tumbuhan berespirasi dengan oksigen dan berfotosintesis dengan karbon dioksida. Respirasi menurunkan kadar gula dan meningkatkan kadar air dalam buah sehingga buah akan semakin lembap dan kehilangan rasa manisnya, sedangkan fotosintesis berguna untuk mengubah air yang masih tersisa di dalam hasil pertanian menjadi gula, sehingga kadar air akan berkurang; hal itu memiliki kemungkinan untuk terjadi jika hasil pertanian tersebut masih memiliki klorofil. Namun penyimpanan yang bertujuan untuk membiarkan hasil pertanian berfotosintesis jarang dilakukan karena dinilai mampu mengurangi kesegaran tanaman.
Penyimpanan dengan modifikasi atmosfer umumnya diikuti dengan MAP (Modified Atmosphere Packaging), yaitu pengepakan yang dilakukan ketika dilakukan modifikasi atmosfer. Hal ini akan menyebabkan ruang dalam pak akan memiliki kadar udara yang sama seperti kadar udara ruang penyimpanan selama bahan pengepakan yang digunakan kedap udara hingga sampai ke konsumen.
Ada juga metode penyimpanan pada tekanan rendah (Hypobaric Atmosphere), yaitu penyimpanan produk yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga kandungan oksigen menjadi sangat terbatas
  Pembangunan di Indonesia semakin berkembang. Apabiladitinjau dari sisi iklim tropis, faktor suhu dan kelembapan udara turutmenyumbang peranan penting dalam mempengaruhi tingkat ketahananmaterial bangunan. Selain itu, faktor serangga dan jamur juga dapatmuncul apabila keadaan suhu dan kelembabannya memadai. Aliran udaraini dipengaruhi juga dengan peranan ventilasi. Untuk mencapai tingkatkeawetan material yang tinggi, maka kami maka dapat dilakukan denganpenempatan dan bentuk ventilasi yang baik pada dapur bangunan tropisbasah. Diharapkan dapat membawa pengaruh yang baik bagi bangunanini dan pengguna bangunan itu sendiri.

 Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Indonesia juga merupakan negara yangsedang berkembang dalam sumber daya alam dan teknologi. Sebagai negara berkembang,Indonesia tidak luput dengan kegiatan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan tentumembutuhkan bahan bangunan untuk memenuhi kebutuhan dari konstruksi bangunan tersebut.Bahan bangunan itu sendiri disediakan oleh alam, tetapi tentu saja penyediaan sumber dayaalam oleh alam juga mempunyai angka keterbatasan. Melihat banyaknya sumber daya yang telahdieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan sendiri, konseppembangunan berkelanjutan merupakan alternatif terbaik saat ini sehingga energi dapatdihemat. Konsep pembangunan berkelanjutan menawarkan penyeimbangan antara pemeliharaankelestarian alam dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin berkembang pada masadepan. Salah satu hal yang selalu diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan dalamsuatu bangunan adalah bukaan. Bukaan seperti jendela dan ventilasi merupakan hal vital yangmenjadi perhatian penting dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Ventilasi dalambangunan merupakan tempat terjadinya pertukaran udara dari luar bangunan kedalambagunan. Sirkulasi udara ini selalu terjadi antara udara diluar bangunan dan didalam bangunan.Keberadaan ventilasi berpengaruh terhadap tingkat ketahanan material-material yang ada disekitarnya. Peran dapur sangatlah penting dalam suatu rumah tinggal. Sehingga juga diperlukanjuga perhatian yang lebih untuk ruangan ini agar tetap nyaman untuk ditinggali. Pengaruh ventilasiterhadap material bangunan di dapur yang ada inilah yang akan menjadi pokok bahasan dalamjurnal ini.

  Mempunyai iklim tropik basahyang dipengaruhi oleh angin monsunbarat dan monsun timur. Dari bulanNovember hingga Mei, angin bertiupdari arah Utara Barat Laut membawabanyak uap air dan hujan di kawasanIndonesia; dari Juni hingga Oktoberangin bertiup dari Selatan Tenggarakering, membawa sedikit uap air. Suhuudara di dataran rendah Indonesiaberkisar antara 23 derajat Celsius sampai Masalah umum dan masalah bangunan:28 derajat Celsius sepanjang tahun. 1. Panas bangunan tidak menyenangkan 2. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat 3. Perlu perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan dan serangga 4. Di sekitar lautan juga diperlukan perlindungan terhadap angin.

  5. PENGERTIAN VENTILASI
• Ventilasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sebagai tempat       udara dapat keluar masuk secara bebas

  6. HUBUNGAN VENTILASI DAN KELEMBABAN aKelembaban udara adalah kondisi yang menyatakan banyaknya uap air dalamudara. Ketika udara mengandung banyak air, Kelembapan dapat dikatakan tinggi.Tingginya jumlah air di udara terjadi karena uap air. Jumlah uap air yang ditampungdi udara tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur. Ketika temperatur udararendah, uap air yang dibutuhkan untuk menjenuhkan udara sedikit. Kondisitersebut terjadi ketika udara mulai jenuh.

  7. hubungan ventilasi dan temperatur

  8. material bangunan untuk dapur a semen kayu batako kaca bata dinding kayu gipsumkeramik m lantai dapur plafond acian semen triplek.

  9. pemilihan material adalam pemilihan material perlu jugadiperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1.    Tahan cuaca (seperti kayu berkelas, batu alam, dan bahan komposit seperti semen dan asbes)
2.    Mampu membuang panas dengan baik (khususnya atap) seperti genteng tanah dan keramik.
3.    Tahan terhadap asam (menyangkut curah hujan tinggi) seperti semen composit dan aspal.
4.    Tak mudah lekang oleh matahari








AIR TANAH

Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst.
Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah:
1.    Dapat menambah jumlah air tanah.
2.    Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam.

Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan tanah. Kedalaman ait tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada tebal-tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air tanah tersebut. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air disebut permukaan preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua jenis lapisan dalam tanah yaitu lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap air (permeable).

Kadar pori lapisan kedap sangat kecil sehigga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-butir tanah yang dinyatakan dalam bilangan persen. Sedangka pori kadar lapisan tak kedap air cukup besar. Oleh karena itu kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di daerah ini akan terus meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah tertahan oleh lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air yang baik karena merupakan tempat berkupulnya air sehingga pada-lapisan-lapisan tersebut terbentuk tubuh air. Selain lapisan kedap dan lapisan tak kedap juga terdapat lapisan peralihan yang merupakan variasi dari kedua jenis lapisan tersebut. Tekanan air yang timbul dari air tanah tak bebas tergantung pada perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah tangkapan hujannya. Pada daerah yang letak air tanahnya lebih rendah dari permukaan air tanahpada daerah tangkapan hujannya, ir akan memancar keluar dari sumur yang di bor atau biasa disebut sumur artesis. Air artesis ini biasanya sangat penting bagi daerah yang kondisi tanahnya kering, air artesis ini dapat memberikan air sebanyak 8.000.000 m3 per hari.
Lapisan tanah kaitannya dengan kemampuan menyimpan dan meloloskan air dibedakan atas empat lapisan yaitu :
1.    Aquifer, adalah lapisan yag dapat menyipan dan mengalirkan air dalam jumlah besar. Lapisan batuan ini bersifat permeable seperti kerikil, pasir dll.
2.    Aquiclude, adalah lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff halus dan silt.
3.    Aquifuge, adalah lapisan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air, contohnya batuan granit dan batuan yang kompak.
4.    Aquifard, adalah lapisan atau ormasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat melooskan air dalam jumlah yang terbatas.

Unuk menjaga agar kelestraian air tanah tetap terjamin, maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut :
1.    Mencegah penggunaan air yang tidak berlebihan oleh pengusaha untuk keperluan industri,agar tidak mempercepat penurunan air tanah.
2.    Mencegah pertambahan penduduk dan pemukiman yang berlebihan, hal ini berkaitan dengan bertambahnya penggunaan air tanah.
3.    Penetapan peraturan pemerintah dalam pemanfaatan air tanah di sekitar pantai, agar tidak terjadi perluasan daerah peresapan air laut.
4.    Mencegah kerusakan hutan dan daerah penghijauan agar tidak menimbulkan ketimpangan tata air.
5.    Memperhitungkan dampak dan manfaat konversi penggunaan lahan dalam suatu daerah aliran sungai secara lebih matang.
6.    Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingungan (AMDAL) harus lebih diperketat terutama terhadap penggunaan air tanah dan rencana pembangunan.
7.    Menghindari pembuangan ataukontaminasi limbah terhadap air tanah, baik limbah domestik maupun limbah industri.

Di beberapa wilayah indonesia memiliki kandungan air tanah yang potensial hal ini disebabkan karena intensitas hujan yang cukup tinggi, rata-rata lebih dari 2000 mm/tahun. Selain itu besarnya populasi tumbuhan penutup daratan ± 41.850 jenis an sekitar 75 % berupa lahan kehutanan serta latar belakang Indonesia sebagai negara agraris sehingga aneka jenis tanaman turut memperbesar absoorbsi teradap air permukaan. Dengan kandungan air yang potensial tersebut maka air tanah tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan kehidupan karena air yang paling bersih dan sehat untuk minum, memasak, mandi dan cuci adalah air tanah. Hal ini disebabkan karena pada perjalanan air diserap tanah/batuan terjadi proses penyaringan, pembersihan dan penetralan derajat keasaman. Pemanfaatan air tanah dapat dilakukan dengan mudah yakni dengan menggali atau mengebor lapisan tanah.untuk pemanfaatan air tanah tertekan dapat dilakukan dengan teknologi pengeboran sehingga muncul air artesis yang bermanfaat untukkeerluan hidup misalnya dimanfaatkan untuk pertanian dan industri. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air tanah menjadi dua zone besar:

1. Zone air berudara (zone of aeration)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan tanah, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.
2. Zone air jenuh (zone of saturation)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau aquifer bebas.
Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.

a. Air Tanah Preatis

Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
Air preatis sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya. Pada musim kemarau jumlah air preatis berkurang. Sebaliknya pada musim hujan jumlah air preatis akan bertambah. Air preatis dapat diambil melalui sumur atau mata air.

b. Air tanah artesis

Air tanah artesis adalah air tanah yang letaknya jauh di dalam tanah, diantara dua lapisan batuan yang tidak dapat ditembus air atau lapisan kedap air.
Lapisan di antara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Air artesis dapat dapat diperoleh melalui pengeboran. Sumur pengeborannya disebut sumur artesis.

Sifat-Sifat Air Tanah

Air tanah secara umum mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan, khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah mempunyai beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan kesadahan, kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, pH, dan lain-lainnya.

Keuntungan dan kerugian pemanfaatan air tanah.
1. Keuntungan:
a. Pada umumnya bebas dari bakteri pathogen.
b. Dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut.
c. Paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkan dan membagikannya.
d. Lapisan tanah yang menampung air biasanya merupakan tempat pengumpulan air alami.

2. Kerugian:
a. Air tanah sering kali mengandung banyak mineral-mineral seperti Fe, Mn, Ca dan sebagainya.
b. Biasanya membutuhkan pemompaan.

Asal Usul Air Tanah

Adalah hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola. Kesalah-pengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah adalah :

(1) Pembentukan Air Tanah

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

(2) Wadah Air Tanah

Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan tekanan udara luar. Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman – tergantung kesepakatan – 15 sampai 40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya. Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air tanah.

(3) Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah

Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali secara alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer. Oleh sebab itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan. Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air tanah terjadi.

(4) Mutu Air Tanah

Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (water born diseases).
Air yang keluar dari akifer tententu biasanya berbentuk mata air (bila kelauarnya secara alamai), akan tetapi sekarang teknologi dan kemampuan manusia sudah mampu mengeksploitasi akifer yang berada jauh di bawah tanah dengan menggunakan pompa.
Akiklud (Aquiclud) merupakan lapisan kedap air yang mampu menyimpan tapi tidak dapat mengalirkan dalam jumlah yang berarti misalnya lempung, shale, tuf halus, silt, batu ukuran lempung
Akifug (Aquifug) adalah lapisan  batuan kedap air yang tidak menyimpan dan tidak mengalirkan , misalnya granit yang kompak, keras, padat.
Akitar (Aquitard) adalah lapisan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam jumlah terbatas, misalnya lempung pasiran (sandy clay).
Description: http://rajasimarmata.files.wordpress.com/2011/03/aquifer-1.jpg?w=540&h=262

Tipe – tipe Akifer
Unconfined aquifer adalah akifer yang tidak tertekan dimana lapisan permeable pada bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan impermeable atau kedap air. Tipe akifer ini sangat umum dijumpai sebagai lapisan air tanah dangkal (Shallow Grounwater)
Confined Aquifer adalah akifer yang tertekan dimana lapisan yang permeable baik di atas dan dibawahnya dibatasi lapisan kedap air (impermeable) contoh : Air tanah dalam (Deep ground water)
Apabila air tnaha ini bocor atau muncul ke permukaan maka disebut air tanah artesis, mata air tersebut akan muncrat dan mencapai ketinggian tertentu (sejajar dengan potensial head)
Leaky Aquifer adalah akifer semi confined dimana lapisan yang permeable di atas dan di bawahnya dibatasi oleh lapisan semi permeable.
Idealized Aquifer adalah akifer yang diasumsikan homogeny dan isothropik (1), untuk meudahan perhitungan matematik. 
Air merupakan kebutuhan utama manusia, sehingga ilmu pengetahuan dikembangkan untuk mempelajari keberadaan air, menjaga keberlangsungan suatu akifer air. Apabila air telalu banyak diambil dari suatu akifer maka akan terjadi penurunan muka air tanah, dalam waktu yang lama keberadaan air dalam akifer tersebut bisa habis, atau seperti kasus di Jakarta air laut akan mengisi akifer sehingga tercemar dan tidak dapat di konsumsi langsung.
Air akan masuk ke akifer berdasarkan imbuhan yang ada di muka bumi, semakin sulit masuknya air masuk ke dalam tanah, maka imbuhan air yang masuk juga semakin kecil. Misalnya : dikota-koa besar, halaman sudah di beton, sehingga air sulit masuk ke dalam tanah, cenderung tidak bisa.
Description: http://rajasimarmata.files.wordpress.com/2011/03/soil.gif?w=306&h=249
Gambar : Arah Aliran Air Tanah
Sebagai Contoh di daerah bandung
- Akuifer dangkal, ditemukan pada kedalaman antaran 0 – 35 m, bmt, jenis akuifer nya tidak tertekan.
- Akuifer tengah, mempunyai kedalaman sekitar 40-150 m, bmt, terutama disusun oleh Formasi Cibereum, dan Formasi Kosambi. Akuifer ini merupakan akuifer setengah tertekan sampai tertekan.
- Akuifer dalam, dengan kedalaman lebih dari 150 m, bmt, terutama disusun oleh Formasi Cikapundung, dan merupakan akuifer setengah tertekan sampai tertekan.
Description: http://rajasimarmata.files.wordpress.com/2011/03/peta-cekungan-air-tanah-bandung.png?w=701&h=401

Gambar : Peta cekungan Air Tanah Bandung (3)

Description: http://rajasimarmata.files.wordpress.com/2011/03/peta-konservasi-air-tanah.png?w=645&h=501
Gamba
r:  Peta Zona Konservasi Airtanah Cekungan Bandung (4)
Dari gambar diatas dapat kita lihat adalanya lokasi yang kritis, yang berwarna merah merupakan Zona kritis, hal ini bisa disebabkan berbagai hal seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan.